Review: Vagabond & Tourist

helo foo-readers!
Kali ini aku mau cerita nih tentang suatu jurnal berjudul "Making the Most of Less: Food Budget Restraint In A Scandinavian Welfare Society" yang ditulis oleh Nielsen dan Holm (2016). 

Sebelumnya, kita belajar dulu yuk tentang dua istilah baru yang pasti jarang kita dengar. Terdapat dua istilah yang dapat menggambarkan tingkat kebebasan seseorang dalam menentukan sebuah pilihan, yaitu “tourist” (turis) dan “vagabond” (gelandangan atau penggangguran). 

Istilah “tourist ” menggambarkan seseorang yang berada pada kelas atas yang memiliki kebebasan untuk mencari pengalaman baru dan kesenangan baru sesuai dengan keinginannya.
Sementara istilah “vagabond” lebih menggambarkan seseorang pada kelas bawah atau kelas pekerja yang tingkat kebebasannya ditentukan oleh kondisi lingkungan sekitarnya.

Image result for denmark life
Di negara Denmark, definisi kesejahteraan sama dengan masyarakat seluruh dunia pada umumnya. Setiap orang memiliki hak yang sama untuk hidup dengan sejahtera, meskipun tidak memiliki pekerjaan, masih menempuh pendidikan, sudah berkeluarga, maupun sudah pensiun. Namun, tingkat kesejahteraan di Denmark telah mengalami perubahan sejak 25 tahun terakhir. Perubahan ini dipicu oleh krisis finansial yang terjadi pada tahun 2008. Krisis finansial menyebabkan kesejahteraan masyarakat Denmark menurun secara signifikan. Tingkat pengangguran pada tahun 2008 sampai 2013 meningkat dari 3,5% menjadi 7,1%. Upah standar pun mengalami penurunan sebanyak 5,5% dari tahun 2007 sampai 2012.

Penelitian dilakukan dengan wawancara kepada beberapa kelas sosioekonomi yang berbeda untuk mengetahui mengenai bagaimana pengalaman dan praktik mereka dalam menghadapi kendala anggaran makan dengan berbeda sudut pandang, yaitu berkisar dari dorongan pengembangan diri dan kreativitas, keterlibatan dalam tantangan global, menurunnya kualitas hidup terkait dengan permasalahan pangan, dan adanya rasa ketidakmampuan diri untuk memenuhi kebutuhan pangan.

Menurut Bauman, cara “touristic” dan “vagabondic” dalam mengatur anggaran makan bukanlah suatu pilihan dari diri sendiri, melainkan bergantung pada kondisi dan situasi kehidupan orang tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok touristic kerap kali berhemat untuk memenuhi kebutuhan lainnya, misalnya membeli rumah, mobil, dll. Mengurangi biaya makan juga dirasa sebagai suatu cara untuk meningkatkan kreatifitas dalam mengolah makanan, seperti mengolah makanan sisa menjadi makanan yang menarik (eksplorasi).
Sedangkan kelompok vagabondic lebih merasa terpaksa dalam melakukan penghematan. Namun, mengurangi biaya makanan perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pokok lainnya. 

Di samping perbedaan tersebut, baik touristic dan vagabondic seringkali memiliki dampak keputusan yang sama dalam mengurangi anggaran makanan, misalnya pemilihan alternatif diskon, peningkatan pemanfaatan produk pangan di tingkat rumah tangga (berdasarkan perspektif lingkungan), yaitu mengembangkan produksi makanan pada level rumah tangga dan pengurangan limbah rumah tangga.

Comments

Popular posts from this blog

Human Resource

Assimilation in Food Culture

History of KALEDO