Review: Social Class And Dietary Aspirations In A Mexican City

Halo foo-readers!
Ingat kan di beberapa post sebelum ini aku sempat singgung mengenai budaya makan di luar negri?

Nah, kali ini aku mau sedikit ngebahas dan review salah satu jurnal tentang itu.
Jurnal yang aku bahas berjudul "TORTILLAS, PIZZA, AND BROCCOLI: Social Class And Dietary Aspirations In A Mexican City" yang ditulis oleh Susan Bridle-Fitzpatrick dari Tulane University dan diterbitkan pada bab 4 buku Food Practices and Social Inequality Looking at Food Practices and Taste across the Class Divide. 

Penelitian ini dilakukan oleh Fitzpatrick dengan latar belakang perkembangan suatu pola makan yang dikenal dengan Western Diet, yakni pola makan yang pada umumnya mengutamakan makanan tinggi lemak, gula, berbahan dasar hewani, rendah serat, dan seringkali berupa makanan olahan.
Image result for western diet
Berdasarkan penjelasan di atas tersebut saja, kita sudah dapat menyimpulkan bahwa pola makan ini berdampak buruk bagi kesehatan, yakni dapat menyebabkan kelebihan berat badan hingga obesitas. Meskipun dikenal sebagai Western Diet, pola makan ini sudah berkembang di seluruh dunia. Salah satu negara berkembang yang masih mengalami perubahan pola makan adalah Mexico. 

Mexico merupakan suatu negara berkembang dimana masyarakatnya masih hidup dengan tingkat sosioekonomi (SES) yang berbeda-beda. Keadaan sosioekonomi ini dipercaya dapat mempengaruhi pemilihan dan pola makan dari individu tersebut. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kelebihan berat badan dan obesitas yang tertinggi hanya terjadi pada wanita yang hidup di daerah perkotaan dengan tingkat hidup rendah. Berdasarkan hal ini, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh tingkat sosioekonomi seseorang beserta hubungannya dengan pola makan dan pemilihannya.

Penelitian ini didasari oleh teori yang dikeluarkan oleh Pierre Bordue, dimana mereka yang ditekan oleh kesulitan hidup lebih menghargai dan memprioritaskan nilai praktis serta fungsi dari suatu produk. Sebaliknya, mereka yang memiliki kemewahan melepaskan diri dari tuntutan hidup, cenderung lebih tertarik pada estetika dan nilai daripada fungsi. Oleh karena itu, jika diaplikasikan dalam pemilihan makanan, orang dengan tingkat sosial rendah akan memilih makanan yang paling murah sekaligus mengenyangkan, biasanya meliputi makanan berlemak dan murah, seperti pasta, kentang, kacang, dan daging babi. Sedangkan masyarakat dengan status sosial tinggi cenderung mengonsumsi makanan yang tidak menggemukkan, ringan, mudah dicerna, terutama buah dan sayuran segar.

Observasi dilakukan selama 11 bulan dengan meminta setiap partisipan untuk melakukan uji ranking terhadap makanan yang sering mereka konsumsi berdasarkan tingkat kesukaan dan terhadap seberapa sering mereka mengonsumsi makanan yang sering mereka konsumsi. Selain itu juga setiap pelajar (remaja) dalam masing-masing keluarga diberikan kamera untuk mendokumentasikan setiap makanan dan perilaku dari keluarga. 

Hasil penelitian menunjukkan hal yang selaras dengan hipotesis dan teori yang dikeluarkan oleh Bordue. Perilaku konsumsi tidak hanya dibentuk oleh faktor ekonomi tetapi juga didorong oleh budaya dan apa yang diinginkan. Ketika akan mengonsumsi sesuatu orang-orang akan didorong oleh ekonomi, eksposur, akses, preferensi, kepercayaan dan norma yang berlaku. Seperti halnya tortila, pizza, dan brokoli yang dikonsumsi dan melekat pada kehidupan sebuah golongan sosioekonomi. Sehingga, status sosioekonomi sangat mempengaruhi pola makanan dan makanan yang ingin dikonsumsi.

Comments

Popular posts from this blog

Human Resource

Assimilation in Food Culture

History of KALEDO