Review: Let's Eat History - The Roman Banquet (Roman Empire Documentary) | Timeline

Halo foo-readers! Kali ini dan untuk beberapa post ke depan aku bakal review beberapa video tentang budaya makanan di Roma dan Cina. Kalo penasaran, stay tune ya!


Video berjudul The Roman Banquet ini merupakan sebuah video yang menggambarkan budaya pangan Romania pada masa kekaisaran. Masa itu merupakan masa kekejian yang penuh dengan pertarungan. Selama enam abad, Roma berada pada masa kejayaannya dan menaklukkan seluruh Eropa secara brutal dengan pedang, api, dan pertandingan. Kekaisaran ini membangun peradaban Eropa pertama, termasuk kebiasaan dan pola makan. Masyarakat Roma kerap memberi persembahan kepada Tuhan dan arwah-arwah leluhurnya dalam bentuk makanan. Melalui hal ini, mereka yang membantu memperkenalkan kita pada makanan cepat saji (fast food) hingga makanan-makanan yang bernilai seni tinggi (gourmet).
Pada masa itu, di Roma banyak sekali pasar di pinggir jalan yang menjual beragam jenis makanan. Salah satu pelanggan yang sangat penting dan paling tersohor adalah Marcus Gavius Apicius, yaitu seorang seniman makanan di zamannya. Dalam memilih bahan makanan, ia selalu berusaha mencari yang terbaik untuk resep-resepnya. Menurutnya, pemilihan bahan baku yang baik sangat penting untuk menghasilkan masakan dengan kualitas terbaik. Di masa itu, makanan di masak oleh para pelayan di suatu tempat yang tidak terlihat dan terjamah penghuni rumah. Aroma masakanpun tidak boleh tercium pada saat masih dimasak. Untuk mempermudah aliran air limbah bekas memasak, biasanya dapur berada dekat dengan latrines atau sebutan untuk toilet.
Orang kaya pada zaman itu selalu makan dengan posisi bersandar pada siku kiri mereka dan menggunakan tangan kanan untuk mesukkan makanan ke dalam mulut. Mereka selalu makan dalam suasana perayaan dengan memadukan kemeriahan dan takhayul. Dalam menjamu tamu, kualitas makanan yang disajikan sangat penting dan menentukan kesuksesan dalam bidang sosial hingga politik.
Pola makan orang Roma hampir sama dengan makanan-makanan yang kita konsumsi saat ini. Namun terdapat beberapa perbedaan. Beberapa bahan makanan harus diperoleh dari lokasi yang jauh dari Roma, seperti India. Selain itu, masyarakat Roma memiliki pola makan yang rendah protein. Banyak yang percaya bahwa masyarakat Roma awalnya tidak memakan daging babi. Namun dengan mengembangkan metode beternak,  lama kelamaan konsumsi babi semakin dikenal dan terus meningkat hingga konsumsinya menjadi sangat wajar seperti yang kita kenal saat ini.
Di pesisir Mediterania, pohon anggur tumbuh memeuhi bagian Selatan dari wilayah Gaul dan menjadi wilayah perkebunan anggur yang kemudian digunakan untuk memproduksi mwine berkulitas tinggi. Orang Roma lebih menyukai anggur putih, sedangkan orang Yunani lebih memilih anggur merah. Masyarakat Roma meminum anggurnya tanpa diencerkan dengan air sehingga dikenal sebagai peminum anggur yang sangat barbar. Quality control belum dikenal pada masa itu sehingga seluruhnya bergantung pada kuantitas atau jumlah dari wine yang dihasilkan.
Budaya makanan masyarakat Roma juga terbentuk oleh bahan-bahan makanan perairan dan unggas. Roma sangat dekat dengan lautan dan masyarakatnya sangat mencintai masakan laut. Masyarakat Roma tidak pernah membuang dan menyia-nyiakan bahan makanan. Dalam mengolah ikan, sisa kepala dan jeroannya dibusukkan dan diolah menjadi saus yang asin. Saus ini pun digunakan sebagai pengganti garam dan menjadi saus yang sangat diperlukan pada masa itu. Budidaya binatang laut seperti ikan kakap merah dan gurita di kolam akhirnya dilakukan untuk mempermudah memperoleh bahan-bahan tersebut karena harga jualnya dan tingkat permintaan yang tinggi. Dalam mengolah unggas, masyarakat Roma menggemukkan hewan tersebut untuk memperoleh daging yang montok.

Masih banyak budaya masyarakat Roma yang berkaitan dengan makanan. Mereka juga mengonsumsi buah, kacang-kacangan, rempah-rempah, dll. Masyarakat Roma terus melakukan inovasi dan perkembangan dalam bidang makanan, hingga akhirnya menyimpulkan bahwa citarasa makanan terbaik adalah kombinasi antara manis dan asam. Presentasi dan penyajian yang baik juga diperhatikan dan harus diseimbangkan dengan kelezatannya. Dengan demikian, kebiasaan makan di Roma dimulai dari makanan sederhana seperti makanan cepat saji hingga makanan berseni tinggi (gourmet).

Comments

Popular posts from this blog

Human Resource

Assimilation in Food Culture

History of KALEDO